Sabtu, 21 Agustus 2010

Sejarah Mesjid Raya Medan


Mesjid Raya Medan

Pemilihan Topik

  • Letak
Mesjid Al-Mashun Medan yang terletak di jantung kota tepatnya di Jalan Sisingamangaraja, meski usianya hampir 100 tahun atau seabad (1906 - 2000), namun bangunan dan berbagai ornamennya masih tetap utuh dan kokoh.


Heuristik
Peninggalan kerajaan Islam Melayu Deli hingga kini masih menjadi kebanggaan umat Islam Medan dan Sumut, bahkan menjadi salah satu keunikan sejarah Islam masyarakat Melayu di Sumatera maupun di Malaysia.
Karenanya, rumah Allah ini tidak pernah sepi dari kunjungan umat baik untuk beribadah atau sekedar ber itikaf siang atau malam, apalagi kalau saat-saat bulan Ramadhan seperti ini pintu bangunan tua ini nyaris tidak ditutup selama 24 jam. Masjid yang menjadi identitas Kota Medan ini, memang bukan sekedar bangunan antik bersejarah biasa, tetapi juga menyimpan keunikan tersendiri mulai dari gaya arsitektur, bentuk bangunan, kubah, menara, pilar utama hingga ornamen-ornamen kaligrafi yang menghiasi tiap bagian bangunan tua ini. Masjid ini dirancang dengan perpaduan gaya arsitektur Timur Tengah, India dan Eropa abad 18.
Antara serambi yang satu dengan lainnya dihubungkan oleh selasar kecil, sehingga melindungi bangunan/ruang utama dari luar. Di bagian dalam masjid ini, ditopang oleh 8 buah pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi dan langsung menjadi penyangga kubah utama pada bagian tengah. Sedangkan 4 kubah lainnya berada di atas ke empat serambi selain ditambah dengan 2 buah menara di kiri-kanan belakang masjid
Kecuali itu, mimbar, keempat pintu utama dan 8 buah jendela serambi terbuat dari ukiran kayu jenis merbau bergaya seni tinggi - terbukti hingga kini masih tetap utuh. Belum lagi dengan ukiran dan hiasan ornamen khas Melayu Deli pada setiap sudut bangunan, yang serta merta melahirkan nilai-nilai sakral religius yang teramat dalam bagi tiap orang yang memasukinya.


Verifikasi
Pada bulan Ramadhan seperti saat ini, suasana di Masjid Raya ini menjadi jauh lebih semarak dibanding hari-hari biasa. Kegiatan ibadah tidak hanya berlangsung siang hari, melainkan juga malam hari hingga menjelang waktu sahur. Hanya saja kalau siang disisi dengan kegiatan muzakarah, diskusi tentang hukum sya'ri Islam, ceramah Ramadhan, dan berbagai kegiatan pengkajian Islam lainnya. Sedangkan, malam hari kegiatannya berupa shalat Tarawih dan Tadarrus Al-Qur'an hingga larut malam malah sampai dini hari saat sahur tiba. Kecuali itu, untuk menghidupkan suasana di komplek masjid, pengurus juga menyiapkan makanan bukaan setiap sore dengan bahan dari sumbangan para dermawan dan masyarakat sekitar masjid. Makanan berbuka yang disiapkan hingga 300 - 500 orang tersebut khusus bagi anak-anak yatim, gelandangan, dan kaum musafir yang jauh dari rumahnya saat waktu berbuka tiba. Kubahnya mirip kubah Masjid Raya Banda Aceh. Pengaruh kesenian Islam nampak pada denah, atap kubah, lengkungan (arcade), dan hiasan bulan sabit pada puncaknya.
Terlebih lagi pada ornamentasinya, baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan.
Motif seperti itu juga terlihat pada bentuk terali besi tingkap-tingkap segi empat maupun lengkungan, seperti ukiran dinding gaya India.
Di Indonesia hiasan semacam ini sering disebut hiasan Terawangan atau Kerawangan. Selain sebagai hiasan, juga berfungsi sebagai ventilasi atau lobang angin.
Masjid terindah di Sumut ini hingga kini masih dipergunakan oleh masyarakat muslim untuk sholat setiap hari. Berkat arsitekturnya yang khas dan tentu saja niai sejarahnya, masjid ini kerap dikunjungi wisatawan mancanegara.


Interpretasi
            Menurut pengurusnya, Pemda Sumut beberapa tahun lalu pernah merencanakan renovasi dan perluasan Masjid Raya Al-Mashun, agar bisa menampung jama'ah lebih banyak dan juga sambil merevisi bagian-bagian bangunan yang kelihatan lapuk. Namun, banyak pihak menantang rencana ini, karena khawatir nilai-nilai seni dari gaya arsitektur asli bangunan ini hilang dan sulit untuk ditiru oleh para arsitek zaman ini.
Itu sebabnya, bangunan masjid tua ini masih tetap utuh seperti bentuk aslinya ketika dibangun 94 tahun silam. Dan karena itu pula, Masjid Raya Al-Mashun Medan masih disebut-sebut sebagai salah satu masjid terindah sebagai bukti peninggalan dan kejayaan Kerajaan Islam masa lalu di Tanah Air.
Dan karena keunikan dan keindahan itu pula yang menjadikan masjid Raya Al-Mashun kini dijadikan salah satu kekayaan objek wisata sejarah, dalam kemasan paket pesona wisata Sumut, yang ternyata mampu menyedot kunjungan wisatawan asing dan dalam negeri yang tidak sedikit ke daerah ini. Menurut Drs.S. Sembiring- staf bagian promosi Dinas Pariwisata Tk.I Sumut, selain Masjid Raya Al-Mashun, peninggalan kesulthanan Melayu Deli yang kini layak dijual sebagai daya tarik wisata Sumut adalah Masjid Azizi di Tanjung Pura -Kab. Langkat, Istana Maimoon, Medan City Hall dan sejumlah bangunan bersejarah lainnya, baik warisan zaman kesultanan maupun masa penjajahan Belanda.
"Ini baru di sekitar Medan dan Langkat. Diluar itu, dunia pariwisata Sumut masih menyimpan pesona Berastagi, Danau Toba, Bukit Lawang, Air Panas Semangat Gunung, Sembahe, bahkan pesona Pulau Nias dan Taman Nasional Gunung Leuser dekat perbatasan dengan Aceh," ujar Sembiring.
Khusus di Masjid Raya Al-Mashun, kata Sembiring pihak pengurus masjid menyediakan booklet - yang berisi tentang sejarah dan latar belakang masjid, bagi para turis asing yang memerlukannya. Brosur yang dibagi secara gratis ini dimaksudkan agar para pengunjung non muslim tidak harus memasuki tempat suci itu jika hanya sekedar untuk mengetahui sejarah masjid tua kebanggaan umat Islam seabad itu.
"Menyediakan makanan berbuka bagi anak yatim dan kaum musafir, sudah merupakan tradisi Ramadhan di Masjid Raya Al-Mashun tiap tahun," tutur seorang pengurus Masjid.


Historiografi
Merupakan salah satu peninggalan Sultan Ma'moen Al Rasyid Perkasa Alam - penguasa ke 9 Kerajaan Melayu Deli yang berkuasa 1873 - 1924 . Masjid Raya Al- Mashun sendiri dibangun tahun 1906 diatas lahan seluas 18.000 meter persegi, dapat menampung sekitar 1.500 jamaah dan digunakan pertama kali pada hari Jum'at 25 Sya'ban 1329 H ( 10 September 1909). Peninggalan Sulthan Ma'moen lainnya yang hingga kini masih utuh bahkan menjadi andalan objek wisata sejarah Medan adalah Istana Maimoon yang selesai dibangun 26 Agustus 1888 dan mulai dipakai 18 Mei 1891, dan berbagai bangunan tua lainnya seperti residen pejabat kesulthanan, masjid dan ruang pertemuan yang tersebar di berbagai pelosok bekas wilayah kesulthanan Melayu Deli- kini wilayah Kodya Medan, Kodya Binjai, Kab. Langkat dan Kab Deli Serdang.
Masjid Raya Al-Mashun Medan, banyak dikagumi karena bentuknya yang unik tidak seperti bangunan masjid biasa yang umumnya berbentuk segi empat. Masjid ini, dirancang berbentuk bundar segi delapan dengan 4 serambi utama di depan, belakang, dan samping kiri kanan, yang sekaligus menjadi pintu utama masuk ke masjid.


Gambar-Gambar dari dalam dan luar Mesjid Raya Medan





Tidak ada komentar:

Posting Komentar